Entri Populer

Minggu, 04 November 2012

Desain Sistem Pakar untuk mendiaknosa Gangguan Autistisme pada anak

Konsep Dasar mengenai gangguan Autisme pada anak

Sejak pertama kali diketahui, gangguan autistik telah memiliki aura yang agak mistis. Sindrom tersebut diidentifikasi pada tahun 1943 oleh seorang psikiater di Havard, Leo Kanner, yang suatu saat dalam pekerjaan klinisnya mengamati bahwa sebelas anak yang mengalami gangguan menunjukkan perilaku yang tidak ditemukan pada anak- anak yang retardasi mental atau skizofrenia. Ia menamai sindrome tersebut dengan autieme infantil dini karena ia mengamati bahwa " sejak awal terdapat suatu kesendirian autistik ekstrim yang, kapanpun memungkinkan, tidak memedulikan, mengabaikan, menutup diri dari segala hal dari luar dirinya.
Kanner menganggap kesendirian autistik merupakan simpton fundamental. Ia juga menemukan bahwa anak autis sejak awal kehidupan mereka tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara wajar. Mereka memiliki keterbatasan yang parah dalam bahasa dan memiliki keinginan obsesif yang kuat agar segala sesuatu yang berkaitan dengan mereka tetap persis sama.
Ada perbedaan yang jelas antara penyebab dari Autis pada penderita Schizophrenia dan penyandang Autis Infantil. Schizophrenia disebabkan oleh proses regresi karena penyakit jiwa, sedangkan pada anak-anak penyandang Autis Infantil terdapat kegagalan perkembangan.
Gangguan autistik berawal di masa kanak- kanak awal dan dapat terlihat pada bulan- bulan awal usia anak. Gangan ini jarang terjadi dalam populasi umum.  Prevalensi autisme menigkat dengan sangat mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Menurut Autism Research Institute di San Diego, jumlah individu autistik pada tahun 1987 diperkirakan 1:5000 anak. Jumlah ini meningkat dengan sangat pesat dan pada tahun 2005 sudah menjadi 1:160 anak. Di Indonesia belum ada data yang akurat oleh karena belum ada pusat registrasi untuk autisme. Namun diperkirakan angka di Indonesia pun mendekati angka di atas. Autisme lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita, dengan perbandingan 4:1.
Kartono (2000) berpendapat bahwa Autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar keasyikan ekstrim dengan fikiran dan fantasi sendiri.

Faktor-faktor yang diduga kuat mencetuskan autisme
1. Genetik
Ada bukti kuat yang menyatakan perubahan dalam gen berkontribusi pada terjadinya autisme. Menurut National Institute of Health, keluarga yang memiliki satu anak autisme memiliki peluang 1-20 kali lebih besar untuk melahirkan anak yang juga autisme.
Penelitian pada anak kembar menemukan, jika salah satu anak autis, kembarannya kemungkinan besar memiliki gangguan yang sama.
Secara umum para ahli mengidentifikasi 20 gen yang menyebabkan gangguan spektrum autisme. Gen tersebut berperan penting dalam perkembangan otak, pertumbuhan otak, dan cara sel-sel otak berkomunikasi.
2. Pestisida
Paparan pestisida yang tinggi juga dihubungkan dengan terjadinya autisme. Beberapa riset menemukan, pestisida akan mengganggu fungsi gen di sistem saraf pusat. Menurut Dr Alice Mao, profesor psikiatri, zat kimia dalam pestisida berdampak pada mereka yang punya bakat autisme.
3. Obat-obatan
Bayi yang terpapar obat-obatan tertentu ketika dalam kandungan memiliki risiko lebih besar mengalami autisme. Obat-obatan tersebut termasuk valproic dan thalidomide. Thalidomide adalah obat generasi lama yang dipakai untuk mengatasi gejala mual dan muntah selama kehamilan, kecemasan, serta insomnia.
Obat thalidomide sendiri di Amerika sudah dilarang beredar karena banyaknya laporan bayi yang lahir cacat. Namun, obat ini kini diresepkan untuk mengatasi gangguan kulit dan terapi kanker. Sementara itu, valproic acid adalah obat yang dipakai untuk penderita gangguan mood dan bipolar disorder.
4. Usia orangtua
Makin tua usia orangtua saat memiliki anak, makin tinggi risiko si anak menderita autisme. Penelitian yang dipublikasikan tahun 2010 menemukan, perempuan usia 40 tahun memiliki risiko 50 persen memiliki anak autisme dibandingkan dengan perempuan berusia 20-29 tahun.
"Memang belum diketahui dengan pasti hubungan usia orangtua dengan autisme. Namun, hal ini diduga karena terjadinya faktor mutasi gen," kata Alycia Halladay, Direktur Riset Studi Lingkungan Autism Speaks.
5. Perkembangan otak
Area tertentu di otak, termasuk serebal korteks dan cerebellum yang bertanggung jawab pada konsentrasi, pergerakan dan pengaturan mood, berkaitan dengan autisme. Ketidakseimbangan neurotransmiter, seperti dopamin dan serotonin, di otak juga dihubungkan dengan autisme.

Supratiknya (1995) menyebutkan bahwa penyandang autis memiliki ciri-ciri yaitu penderita senang menyendiri dan bersikap dingin sejak kecil atau bayi, misalnya dengan tidak memberikan respon ( tersenyum, dan sebagainya ), bila di ‘liling’, diberi makanan dan sebagainya, serta seperti tidak menaruh perhatian terhadap lingkungan sekitar, tidak mau atau sangat sedikit berbicara, hanya mau mengatakan ya atau tidak, atau ucapan-ucapan lain yang tidak jelas, tidak suka dengan stimuli pendengaran ( mendengarkan suara orang tua pun menangis ), senang melakukan stimulasi diri, memukul-mukul kepala atau gerakan-gerakan aneh lain, kadang-kadang terampil memanipulasikan obyek, namun sulit menangkap.

Banyak sekali definisi yang beredar tentang Autis. Tetapi secara garis besar, Autis, adalah gangguan perkembangan khususnya terjadi pada masa anak-anak, yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Pada anak-anak biasa disebut dengan Autis Infantil. Schizophrenia juga merupakan gangguan yang membuat seseorang menarik diri dari dunia luar dan menciptakan dunia fantasinya sendiri: berbicara, tertawa, menangis, dan marah-marah sendiri.

Kriteria Gangguan Autistik dalam DSM IV- TR adalah:
Untuk hasil diagnosa, diperlukan total 6 gejala (atau lebih) dari
no. (1), (2), dan (3), termasuk setidaknya 2 gejala dari no. (1) dan
masing-masing 1 gejala dari no. (2) dan (3).

1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik.
  • Minimal harus ada dua dari gejala-gejala di bawah ini:Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai:
    kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-
    gerik kurang tertuju.
  • Tidak bisa bermain dengan teman sebaya. – Tak ada empati (tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang
    lain).
  • Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang
    timbal balik.
2. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus adasatu dari gejala-gejala di bawah ini:
  • Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tak berkembang.Anak tidak berusaha untuk berkomunikasi secara non-verbal. Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak dipakai untuk berkomunikasi.
  • Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
  • Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang dapat meniru.
3. Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat, dan kegiatan. Minimal harus ada satu dari gejala di bawah ini:
  • Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan.
  • Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya.
  • Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang.
  • Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda.
4. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam
bidang:
a. interaksi sosial,
b. bicara dan berbahasa,
c. cara bermain yang monoton, kurang variatif.

5.  Autis bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif Masa Kanak. Namun, kemungkinan kesalahan diagnosis selalu ada, terutama pada autis ringan. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya gangguan atau penyakit lain yang menyertai gangguan autis yang ada, seperti retardasi mental yang berat atau hiperaktivitas.

Autis memiliki kemungkinan untuk dapat disembuhkan, tergantung dari berat tidaknya gangguan yang ada. Berdasarkan kabar terakhir, di Indonesia ada 2 penyandang autis yang berhasil disembuhkan, dan kini dapat hidup dengan normal dan berprestasi. Di Amerika, dimana penyandang autis ditangani secara lebih serius, persentase kesembuhannya lebih besar.

Penganganan Gangguan Autistik

1) Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.

2) Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain.
Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.

3) Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.

4) Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.

Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.

5) Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.

6) Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.

7) Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya,

8) Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.

9) Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode …………. Dan PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.

10) Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).


Nah..sekarang sebelum saya mengaplikasikan gangguan autistik anak ke dalam suatu program komputer saya akan menjelaskan terlebih dahulu mengenai mengenai apa itu ELIZA, PARRY dan Net Talk yang sebelumnya belum saya jelaskan di bab sebelumnya...ehm..kalau sistem pakar sudah saya jelaskan sebelumnya ya
oke kita mulai...

ELIZA 
adalah program komputer dan sebuah contoh awal dari primitif pengolahan bahasa alami . ELIZA dioperasikan oleh tanggapan pengolahan pengguna untuk script,  . Menggunakan informasi hampir tidak ada tentang pemikiran manusia atau emosi. ELIZA ditulis oleh Joseph Wishbaum antara tahun 1964 dan 1966.
Contohnya ketika "pasien" melebihi basis pengetahuan yang sangat kecil, DOKTER mungkin memberikan respon generik, misalnya, menanggapi "Kepalaku sakit" dengan "Kenapa Anda mengatakan kepala Anda sakit?" Respon terhadap "Ibu saya membenci saya" akan "Siapa lagi dalam keluarga Anda membenci Anda?" ELIZA diimplementasikan dengan sederhana pencocokan pola teknik, tetapi dianggap serius oleh beberapa penggunanya, bahkan setelah Weizenbaum menjelaskan kepada mereka bagaimana cara kerjanya. Itu adalah salah satu yang pertama chatterbots yang ada.


PARRY
Parry dibuat pada tahun 1972 oleh psikiatris Kenneth Colby ketika di Universitas Stanford. Parry bertujuan untuk merefleksikan pikiran pasien dengan mental paranoid yang serius. Program ini menjalankan model mentahan dari prilaku schizophren paranoid berdasarkan konsep, konseptualisasi dan kepercayaan (penilaian tentang konseptualisasi : penerimaan, penolakan, dan netral). Ini juga menggunakan strategi percakapan, lebih serius dan merupakan program lanjutan dari ELIZA.  

NETTalk
NETTalk merupakan suatu sistem yang dikembangkan oleh Terrence Sejnowski dan Charles Rosenberg (1987) yang melakukan konversi teks bahasa Inggris menjadi suara bicara manusia. Pembuatan NETTalk dimaksudkan untuk membangun model sederhana yang dapat menjelaskan kompleksitas tugas dari tingkat kognisi manusia.
Sistem ini bisa belajar membaca dengan bunyi keras. Stimulinya berupa rangkaian huruf tercetak, yang tersusun 26 abjad ditambah spasi. Responnya berupa bunyi yang menyerupai penuturan, terbentuk dari 55 fonem (bunyi ucapan) yang ada pada Abjad Fonetik Internasional. Pembuatan NETTalk dimaksudkan untuk membangun model sederhana yang dapat menjelaskan kompleksitas tugas dari tingkat kognisi manusia.

Setelah kita mengetahui secara garis besar mengenai Sistem Pakar, ELIZA, PARRY, dan NETTalk sekarang kita buat desain sistem pakar untuk mendiagnosa gangguan autisme pada anak ya....

Penjelasan :
Pada saat pasien datang ke seorang psikolog, pasien terlebih dahulu melakukan register atau mendaftarkan diri pada tahap register ini anda akan mengisi identitas diri kemudian setelah mengisi register lanjut kepada tahap konsultasi, disini pasien melakukan tahap konsultasi dimana pasien mengisi keluhan keluhan yang terjadi dan komputer juga akan merespon dengan bahasa-bahasa dalam program ELIZA, Setelah itu masuk pada tahap diagnosa penyakit/ eksekusi penyakit dimana komputer akan memproses data hasil konsultasi untuk kemudian dicocokkan dengan ciri-ciri pada gangguan autisme. Lalu komputer akan memberikan hasil ya atau tidak. jika Hasil tidak maka komputer akan menutup program jika ya maka komputer akan melanjutkan pada tahap terapi. Pada tahap ini pasien akan bisa melihat terapi apa saja yang bisa dilakukan untuk menangani autime ini. Setelah tahu terapi yang akan dilakukan pasien bisa meminta bantuan terapis untuk membantu melakukan terapi. 

Sumber :
Davison G C., Neale J M., dan Kring A M. (2010). Psikologi abnormal. Jakarta: Rajawali Pers.
 http://en.wikipedia.org/wiki/ELIZA
http://en.wikipedia.org/wiki/PARRY
www.autis.info › Tentang Autisme
www.duniapsikologi.com/autisme-pengertian-dan-definisin...
http://doktersehat.com/mengenal-autis-dan-ciri-ciri-nya/

http://health.kompas.com/read/2011/01/11/09501535/Lima.Faktor.Penyebab.Autisme
http://www.autis.info/index.php/terapi-autisme/10-jenis-terapi-autisme

Tidak ada komentar:

Posting Komentar